Mensagens do blog por Hasan Basri

Todo o mundo

Beberapa tahun lalu, aku menulis di buku catatan kecil:

“Suatu hari aku akan berangkat Umroh.”

Waktu itu aku belum tahu kapan, bagaimana, atau dengan siapa. Tapi aku yakin, setiap niat baik pasti Allah سبحانه وتعالى bantu jalannya. Hingga suatu malam, aku membaca artikel di situs pusat umroh yang membahas “Tips Menabung Umroh dengan Cerdas.”
Tulisan sederhana itu benar-benar mengubah cara pandangku. Aku sadar, impian Umroh bukan soal besar kecilnya penghasilan — tapi tentang niat dan strategi.

Selama ini aku pikir, Umroh hanya untuk mereka yang sudah mapan. Tapi ternyata, banyak yang bisa berangkat karena disiplin menabung. Aku pun mulai dari yang paling kecil: Rp20.000 sehari.
Aku anggap itu bukan pengeluaran, tapi “investasi akhirat.”

Setiap kali tergoda beli kopi kekinian, aku ingat satu kalimat dari artikel pusat umroh:

“Yang kamu tunda hari ini, bisa menunda keberangkatanmu ke Tanah Suci.”

Sejak itu, aku mulai konsisten. Aku bikin rekening khusus, tanpa ATM, biar nggak mudah tergoda mengambilnya. Bahkan aku pasang wallpaper Ka’bah di HP, sebagai pengingat visual bahwa setiap rupiah punya tujuan mulia.

Setelah 6 bulan menabung, aku mulai realistis menghitung biaya. Aku ingin bukan sekadar Umroh reguler, tapi juga melihat Dubai — kota modern yang sering disebut sebagai “Mutiara Timur Tengah.”
Aku cari tahu lebih dalam tentang paket umroh plus dubai, dan ternyata harganya nggak sejauh yang aku bayangkan.

Dengan biaya sekitar Rp45–55 juta, aku bisa merasakan dua pengalaman luar biasa: beribadah di Tanah Suci dan menyaksikan keindahan arsitektur Dubai.
Aku pun membuat target tabungan 18 bulan, dengan menyisihkan sekitar Rp2,5 juta per bulan. Tidak mudah, tapi bukan mustahil.

Ada masa-masa sulit — terutama ketika kebutuhan rumah tangga menumpuk. Tapi setiap kali ingin menyerah, aku buka kembali foto Masjidil Haram dan ingat doa yang aku tulis di awal buku catatan itu.

Aku juga sering ikut live talk dari Pusat Umroh, yang membahas motivasi spiritual dan kisah jamaah yang berhasil berangkat setelah perjuangan panjang. Cerita-cerita itu membuatku sadar: kalau mereka bisa, kenapa aku tidak?

Setelah hampir dua tahun menabung, tabunganku akhirnya cukup. Dengan penuh haru, aku daftar ke biro travel yang menawarkan paket umroh plus dubai.
Dari awal, aku merasa yakin. Semua proses administrasi dibimbing dengan baik — mulai dari visa, vaksinasi, hingga manasik. Rasa gugup berubah jadi rasa syukur mendalam.

Ketika akhirnya pesawat mendarat di Jeddah, air mata ini tak tertahan. Suara azan di Tanah Haram menyambut langkahku yang dulu hanya sebatas impian. Setiap sujud di depan Ka’bah terasa seperti jawaban atas doa-doa panjang selama ini.

Setelah menyelesaikan rangkaian Umroh, kami melanjutkan perjalanan ke Dubai. Kota ini benar-benar luar biasa. Langitnya biru, gedung-gedungnya menjulang megah, dan semuanya serba tertata.
Aku bahkan sempat naik ke puncak Burj Khalifa, menatap panorama gurun yang seolah tak berujung. Tapi di balik kemewahan itu, aku menemukan makna baru: keseimbangan antara dunia dan akhirat.

Di masjid-masjid Dubai, aku melihat bagaimana masyarakat modern tetap menjaga nilai Islam dengan indah. Dari situ aku belajar — bahwa menjadi Muslim modern bukan berarti meninggalkan spiritualitas, tapi justru menguatkannya.

Paket umroh plus dubai ini memberiku perspektif baru: bahwa ibadah dan eksplorasi dunia bisa berjalan beriringan dengan penuh keberkahan.

Kini, setiap kali aku membuka album perjalanan itu, aku selalu tersenyum. Setiap foto bukan hanya kenangan, tapi pengingat perjuangan.
Aku ingin orang lain juga merasakan apa yang aku rasakan — kedamaian saat thawaf, dan kekaguman saat berdiri di tengah kota Dubai.

Banyak teman yang bertanya, “Gimana caranya bisa ke sana?”
Aku cuma jawab, “Mulai aja dulu. Jangan tunggu nanti.”
Karena kalau menunggu waktu ‘sempurna’, kamu mungkin nggak akan pernah berangkat.

Pelajaran dari Perjalanan Ini

  1. Niat adalah modal utama.
    Begitu kamu mantapkan niat, Allah سبحانه وتعالى akan bukakan jalan tak terduga.

  2. Disiplin lebih penting dari jumlah.
    Sedikit tapi konsisten lebih baik daripada banyak tapi sesekali.

  3. Pilih travel yang terpercaya.
    Pengalaman spiritual akan terasa lebih tenang bila kamu berangkat bersama lembaga amanah seperti Pusat Umroh.

  4. Nikmati setiap prosesnya.
    Karena perjalanan Umroh adalah cerminan kehidupan: penuh ujian, tapi indah di akhirnya.

Kini, buku catatan kecilku sudah penuh coretan doa dan rasa syukur.
Dulu cuma tulisan sederhana: “Aku ingin Umroh.”
Sekarang, aku bisa menulis di halaman terakhirnya:

“Alhamdulillah, aku sudah melakukannya — dan Allah سبحانه وتعالى beri bonus indah berupa perjalanan umroh plus dubai yang tak akan pernah kulupa.”